life is peachy

life is peachy
time tide waits for no men

Thursday, January 21, 2010

bersediakah aku?

Was searching out for a short story to motivate myself (kinda down, really really down right now).. and this is what ive found.. happy reading guys..

Awan sedikit mendung, ketika kaki-kaki kecil Yani berlari-lari gembira di atas jalanan menyeberangi kawasan lampu isyarat merah ketika itu.

Baju merahnya yang agak lusuh melambai-lambai di tiup angin sepoi-sepoi bahasa. Tangan kanannya memegang ais krim , sementara tangan kirinya memegang erat tangan ayah yang memimpinnya.

Yani dan Ayahnya memasuki kawasan perkuburan awam Kg Haji Mat, berjalan menuju ke sebuah pusara tua lalu duduk berhampiran dengan sebuah batu nisan yang diatasnya tertulis “Hajjah Rogayah binti Muhammad 19-Okt-1915 : 20-Okt-1965″

“Nak, ini lah kubur nenek mu. Mari kita berdoa untuk nenek mu yer”.


Yani melihat wajah ayahnya, lalu meniru ayahnya yang mengangkat dan menadah tangan ke atas . Yani juga turut memejamkan mata seperti ayahnya. Sia mendengar setiap patah ayahnya yang sedang khusyuk berdoa untuk neneknya…

“Ayah, nenek masa meninggal dunia, umur nya 50 tahun kan ayah?” .

Ayahnya mengangguk sambil tersenyum. Ayah memandang pusara itu dengan penuh rasa kerinduan pada ibunya.

“Hmmm, maksudnya nenek sudah meninggal 42 tahun kan ayah..?”

Kata Yani berlagak sambil matanya melirik liar, berfikir membuat kiraan dan jarinya cuba menghitung.


“Ya, nenekmu sudah di dalam kubur selama 42 tahun … ”

Yani menolehkan kepalanya ke kiri dan ke kanan, memandang sekeliling, melihat banyak kuburan di sana-sini.

Di sebelah kubur neneknya, ada sebuah kubur tua yang sudah berlumut tertulis “Muhammad Zaini : 19-Feb-1882 : 30-Jan-1910 ”

“Hmm… Kalau kubur itu, orangnya sudah meninggal dunia 106 tahun yang lepas kan ayah?”, jarinya menunding ke arah sebuah nisan betul-betul di sebelah kubur neneknya.

Sekali lagi ayahnya mengangguk. Tangannya mengusap-usap kepala anak tunggal yang sangat di sayanginya itu.

“Yaa betul lah tu, kenapa adik bertanya begitu?” kata si ayah sambil merenung mata anaknya.

“Hmmm, kelmarin kan ayah ada beritahu selepas adik mengaji quran dengan ayah, bahawa kalau kita mati, tapi kita banyak dosa dan tidak sempat bertaubat sebelum ajal kita, maka kita akan diseksa oleh Allah di neraka kelak” kata Yani sambil meminta persetujuan ayahnya.

“Betul kan ayah?”

Ayahnya tersenyum, mendengar celoteh anaknya yang bijak itu.

“Yaaa, jadi apa yang adik fikirkan?”

“Iya lah… Kalau nenek banyak dosanya, bermaksud nenek sudah diseksa di kubur ini sejak kira-kira 42 tahun yang lalu kan ayah? Tapi kalau nenek banyak pahalanya, bermaksud, sudah 42 tahun lah nenek berehat dan berasa aman tenteram di dalam kubur. Begitu kan ayah?”

Yani terkelip-kelip memandang wajah ayahnya menunggu jawapan kepada pendapat yang dilontarkannya.

Ayahnya tersenyum, namun sekilas tampak sedikit berkerut di keningnya, tampak seolah-olah dia agak terganggu dengan soalan anaknya itu.

“Yer nak, betul lah apa yang kamu katakan. Kamu memang seorang anak yang bijak” jawab ayahnya pendek.

Balik dari menziarah kubur, ayah Yani tampak begitu gelisah di atas sajadahnya. Dia begitu terkesan dengan kata-kata anaknya siang tadi. Dia memikirkan apa yang dikatakan anaknya dengan penuh keinsafan. “42 tahun hingga sekarang. Kalau kiamat datang 100 tahun lagi…142 tahun diseksa .. atau bahagia dikubur ….” Lalu si ayah tertunduk …menitiskan air mata keinsafan…

Kalau dia meninggal dunia .. tetapi membawa banyak dosa …dan kiamat pula 1000 tahun lagi belum tentu terjadi, bermaksud dia akan diseksa di dalam kubur lebih dari 1000 tahun?

“Innalillaahi wa inna ilaihi rooji’un”. Air matanya semakin banyak menitis. Sanggupkah dia diseksa selama itu? Itu kalau kiamat akan datang lagi 1000 tahun, kalau 2000 tahun lagi? Kalau 3000 tahun lagi? Selama itu dia terpaksa menderita diseksa menunggu kiamat tiba di dalam kuburnya.

Apa selepas azab kubur, akan menjadi lebih baik? Bukankah akan jadi lebih parah lagi?

Tahankah aku? Padahal terkena percikan minyak panas pun sudah meronta-ronta menjerit kesakitan. Sakit gigi di malam hari pun terasa dunia seperti sudah tiada maknanya lagi. Maka tahankah aku dengan seksaan kubur dan api neraka?

Ya Allah ampunkan segala dosa-dosaku selama ini. Si ayah semakin menunduk, air matanya berlinangan, menitis hingga ke janggutnya.

“Allahumma as aluka khusnul khootimah…” Berulang kali dia mengucapkan DOA itu hingga serak suaranya. Merintih merayu memohon keampunan kepada Tuhannya.

Dia berhenti sekejap ketika terdengar batuk anaknya Yani yang tidur berhampiran tempat solatnya.

Dihampirinya Yani yang tertidur lena di atas katil, mungkin disebabkan keletihan mengikutnya menziarahi kubur tadi. Si ayah lalu membetulkan selimut anaknya.

Yani terus tertidur…. tanpa mengetahui, betapa si ayah sangat terkesan dengan kata-katanya. Si ayah sangat berterima kasih kepadanya kerana telah menyedarkannya akan erti kehidupan yang sementara ini. Sesungguhnya dunia ini hanyalah permainan yang menipu daya.

“Tuhan leraikanlah dunia,
Yang mendiam di dalam hatiku,
Kerana di situ tidakku mampu,
Mengumpul dua cinta…
Hanya cinta-Mu kuharap tumbuh
Dibajai bangkai dunia yang kubunuh”

“Yaa Allah, letakkanlah dunia ditanganku, jangan Kau letakkan dihatiku…”


* A special thanks to Dr. Ezam. May Allah be with you always

No comments: